Home / Intermeso / Komunitas

Rabu, 26 Juli 2023 - 13:20 WIB

Teater Jineng Sajikan Parade Monolog “Gelora Cerita Kita” dalam FSBJ V

Pentas Parade Monolog

Pentas Parade Monolog "Nelayan Tua dan Tangkapannya" yang dimainkan oleh April Artison. (foto: agus wiryadhi)

DENPASAR – Rangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) V 2023 menghadirkan pergelaran (Adilango) Parade Monolog persembahan Teater Jineng. Pertunjukan ini menampilkan sejumlah garapan seni yang tak kalah menariknya menebar kritik dan saran terhadap berbagai kerusakan alam terutama laut.

Ratusan penonton yang memadati Panggung Ksirarnawa, Selasa (25/7/2023). Parade Monolog berjudul “Gelora Cerita Kita” menyajikan pemeran atau aktor yang sudah tak asing lagi dalam sebuah pertunjukan teater. Mereka mengupas tema FSBJ V “Citta Rasmi Segara Kerthi: Bahari Sumber Inspirasi” ke dalam seni pertunjukan teater tunggal (sendiri).

Tentu saja kekuatan akting, vokal, pendramaan, alur serta pesan dari kisah itu dikemas menarik. Mereka adalah aktor Muda Wijaya (Karangasem, Bali), Wawan Sofyan (Bandung), April Artison (Klungkung, Bali), Ruth Marini (Jakarta), Kadek Eky Virji (Kolaka, Sulawesi Tenggara), dan Farel Rayana (Tabanan, Bali).

Para aktor itu secara bergiliran tampil dengan beragam topik yang mengedukasi penonton melalui kritik ataupun pesan. Meski dilakukan secara tunggal, namun tiap-tiap aktor tetap mengedepankan estetika seni dengan konsep eksplorasi, eksperimentasi, lintas batas, kontekstual, dan kolaborasi dari latar belakang tersebut.

Rangkaian kisah dirajut menjadi rangkaian peristiwa. Akting mereka menyuguhkan berbagai fenomena yang marak terjadi. Ceria, kemarahan, haru, dan kesedihan semuanya menjadi satu pada muara waktu yang meleburkannya pada keluasan cerita umat manusia.

Baca Juga :  Puncak HUT Ke-6 Varash Dimeriahkan Judika, Putu Eka Suryawan Ingatkan Tiga Hal

Cerita demi cerita, gemuruh bagaikan ombak samudera yang menggelora disuarakan, agar nantinya setiap insan dapat merenungkan dalam sanubarinya tentang hakikat hidup dan kebenaran sejati itu. Seperti luasnya samudra, maka kreativitas pun luas tanpa batas.

Berbagai kisah peristiwa dikemas apik dalam pertunjukan monolog lintas generasi, lintas daerah, dan lintas batas mengekspresikan seni. Sajian ini menjadi penanda gelora kreativitas seniman dan pelaku seni yang kian tumbuh pesat, melesat maju dan berkualitas merajut menjadi cerita.

Angkat Persoalan Sosial

April Artison selaku pemeran monolog usai pementasan mengungkapkan apresiasinya bisa tampil dalam ajang FSBJ V.  Terkait tema FSBJ, ia mengambil tematik seorang “Nelayan Tua dan Tangkapannya” yang diambil dari sebuah cerita peraih Nobel, Ernest Hemingway, yang mengangkat soal lautan.

“Kami rasa cerita ini menunjukkan sebuah harapan dari seorang nelayan. Dalam monolog ini saya perankan sangat luar biasa, dimana para nelayan melaut jarang mendapatkan hasil. Tidak setiap melaut mendapatkan tangkapan seperti pelaut tua yang ada dalam cerita ini,” tutur April.

Apakah nelayan tua itu bertahan menjadi pelaut, atau beralih pada profesi lain? Intinya ada harapan yang membuat mereka semangat untuk selalu dibangkitkan.

Baca Juga :  SMA PGRI Blahbatuh Sukses Gelar Parisma Festival II

“Untuk generasi sekarang terlalu banyak mengeluh, menyerah. Jadi ada pesan moral kepada kalangan generasi, selalu akan ada harapan setiap usaha dengan gigih pasti ada hasilnya,” tandas April.

Sementara itu, Wawan Sofyan membawakan monolog berjudul “Dam” karya Putu Wijaya. Monolog ini bercerita sebuah pengadilan yang mengadili seorang pembunuh, ada jaksa, hakim, terdakwa yang semua memakai topeng. “Saya memakai topeng tiga peran,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, polemik kesenjangan sosial itu seperti laut dalam yang tenang, tapi di laut itu banyak sekali arus. “Kalau arus itu tidak bisa diatasi akan memberikan dampak gelombang yang dahsyat, lebih ke metafora,” jelasnya.

Pesanya, kata pegiat asal Jawa Barat itu, adalah apa yang disebut kepedulian sosial harus dirasakan setiap orang. Kesenjangan sosial itu ada, seperti hantu yang mengintip, bagaimana gap sosial terlalu tinggi. Cari makan saja masih berjuang keras.

“Jadi laut itu tampak tenang, tapi ada arus yang kuat yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi gelombang yang membahayakan seperti tsunami,” kata Wawan. (dbc)

Share :

Baca Juga

Intermeso

Perlindungan POCO M6 Pro Nggak Kalah Ekstrem dari Performa dan Harganya

Intermeso

Libur Panjang Idul Adha, Mau Ke Mana? Mampir ke Art Centre Yuk! Ini Jadwal PKB Tanggal 28, 29, 30 Juni dan 1, 2 Juli 2023

Komunitas

Workshop dan Lomba Makepung, Bentuk Pelestarian Budaya dan Promosi Wisata

Intermeso

Living World Denpasar Dukung Dedikasi Maestro Tari Legong Ni Ketut Arini

Dari Desa

Bupati Jembrana Buka Festival Irama Musik Sahur Ke-25

Intermeso

Festival Seni Bali Jani 2022 Akan Dimeriahkan Lomba Berskala Nasional

Ekbis

Warna Baru Vespa, Pertegas Karakteristik Ikonik, Ekspresikan Gaya Hidup Premium a La Italia

Dari Desa

Yowana Desa Adat Sangket Usung Ogoh-ogoh “Nandisuara”